NHW 3 : Membangun Peradaban dari dalam rumah

Bismillahirrahmanirrahim.. Saatnya menulis lagi. Kali ini tentang _Nice Home Work Yang ke 3_ : Membangun Peradaban dari dalam rumah.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵🏵
Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah

Wahh.. Rasanya berat sekali ya materi NHW 3 kali ini. #Bagi saya lhoo yaa.. Karena ini tidak hanya sebuah tugas tapi ada misi yang harus dijalankan setelahnya. Baiklah mari kita bahas satu persatu.

Setelah membaca dan mencoba memahami review materi yang disampaikan fasilitator ada beberapa poin yang bisa saya simpulkan. Dimana untuk membangun peradaban ummat harus diawali dulu dari membangun peradaban di dalam rumah kita. Lebih khusus lagi di keluarga inti kita, yaitu suami, anak dan tentu saja diri kita sendiri. Tentunya Allah sudah menyisipkan "pesan cinta-Nya" melalui keluarga yang kita miliki hari ini. Sungguh.. Apa yang sudah terjadi di keluarga saya saat ini tidak pernah terlintas dalam benak saya dulu. Saya dan suami dipertemukan dalam satu ikatan pernikahan pada 2011 silam. Sudah hampir 6 tahun kami menjalani kehidupan bersama. Dan Alhamdulillah sudah di karuniai sepasang putra putri.

👉 Jawaban point 1.
Alhamdulillah, suami orang yang sabar dalam menghadapi sakitnya. Meski tegas, tapi dia bisa memberi arahan yang baik untuk saya dan anak-anak. Suami juga tipe yang pelit bicara.  Terkadang sih suka kesel kalau diajak cerita panjang lebar, jawabannya cuma "oh.. " 😥
Semoga Allah selalu memberkatimu ya sayang.. Dan cepat mengangkat penyakitmu.. Aamiin.. Meski masih ada beda pendapat, tapi hal itu kami jadikan sebagai bumbu rumah tangga kami agar lebih baik. Saling mensupport dan terus belajar menjadi lebih baik.

Selama 6 tahun pernikahan kami masih seperti keluarga muda kebanyakan, mengikuti ilmu parenting kekinian. Meski pada nyatanya belum bisa sepenuhnya kami jalankan di kehidupan sehari-hari. Karena kami masih serumah dengan anggota keluarga lain. Semoga harapan kami di tahun ini kami sudah bisa menempati rumah sendiri dan membangun mimpi-mimpi kami yang tertunda. Aamiin.. Dalam surat cintaku untuknya, saya hanya menulis :
_Dear My Husband_
_Terimakasih sudah menemani saya dan anak-anak selama 6 tahun ini. Semoga kita selalu bersama dan menjadi pribadi yang lebih sabar dalam menghadapi ujian dari-Nya. Terus belajar dan berkreasi ya sayang.. 😘😘_
_Love You from Your Wife_*
*Sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan publik*

👉Jawaban point 2.
Pastinya kami banyak belajar dari semua kejadian didalam kehidupan kami. Apalagi kami dikaruniai anak-anak yang luar biasa aktif. Misalnya Adhwa (panggilan anak kami yang pertama). Dia memiliki sosialisasi yang cukup bagus di lingkungan nya, dan dia senang sekali dengan kegiatan outdoor atau outbond, selain itu dia juga senang dibacakan buku-buku cerita penggugah semangat.

Lain halnya dengan Akhdan (panggilan putra kedua kami). Dia tipe yang suka sekali gerak dan mengotak-atik sesuatu. Dan ego dia sangat tinggi, dia sangat senang bermain. Dia suka sekali jalan-jalan.

👉Jawaban point 3.
Alhamdulillah, saya terlahir dari keluarga yang saya punya saat ini. Meski saya punya traumatik masa kecil tentang pengasuhan anak. Akhirnya saya belajar untuk memaafkan "kesalahan" masa lalu orang tua saya. Dan sekarang saya mencoba memberikan yang terbaik untuk tumbuh kembang anak-anak saya. Dengan adanya ujian yang datang. Saya berusaha untuk belajar sabar, dan pantang menyerah dengan keadaan. Menjalani kehidupan yang lebih baik dengan terus berikhtiar dan belajar. Mengutip sebuah ayat cinta-Nya :
"Tidaklah seorang muslim dikatakan beriman, sebelum diberikan ujian dari-Nya".

Saya seorang introvert. Jarang sekali saya share atau bercerita tentang pribadi saya ke orang lain. Tapi saya seorang yang sangat setia kawan, bahkan bisa dibilang saya siap melakukan apa saja asal orang-orang terdekat saya bahagia. Saya juga tipe pantang menyerah dan selalu berusaha untuk terus belajar pada sesuatu yang diminati. Sayangnya, saya mudah sekali terpengaruh lingkungan. Sampai saat ini pun saya masih meniru layaknya anak yang sedang beradaptasi. Maka saya pun harus pintar mencari lingkungan yang sesuai untuk saya dan juga keluarga. Baik dalam dunia kerja maupun masyarakat.

👉Jawaban point 4.
Saya tinggal di lingkungan yang bisa di bilang masih awam tentang pentingnya menjaga kesehatan terutama di lingkungan. Seperti masih banyaknya warga yang buang sampah sembarangan, buang puntung rokok sembarangan, dan juga meludah sembarangan. Padahal hal-hal tersebut merupakan salah satu pemicu timbulnya penyakit bagi warga lain. Salah satu korbannya ya suami saya ini. Dan akhirnya saya berusaha sebisa mungkin banyak belajar tentang kesehatan dan menerapkannya minimal di keluarga inti.

Dengan segala cerita yang ada, ada terbersit harapan kami untuk membentuk lingkungan yang sehat. Mungkin kami akan memasang plank "kawasan anti rokok" dan memberi reward kepada tamu yang mengindahkan peringatan itu. Dan kami juga berharap memiliki tong sampah terpisah di setiap rumah. Dimana sampah kering bisa di daur ulang dan dapat dijadikan sumber ekonomi bagi masyarakat lingkungan sekitar kami. Yang pasti, membentuk itu semua tidaklah mudah. Butuh proses dan pengorbanan didalamnya. Semoga kami mampu mengemban amanah kami melalui anak-anak kami. Dan menjadikan mereka Generasi Qur'ani di jamannya. Aamiin.

Akhirnya, saya sedikit menemukan titik cerah bagaimana saya sedikit demi sedikit membentuk peradaban mulai dari rumah. Salah satunya dengan melakukan to do list harian. Terutama di bulan Ramadhan ini, saya harus lebih banyak belajar untuk berkomunikasi yang baik dengan keluarga.

Alhamdulillah demikian tugas NHW 3 saya. Mohon maaf atas tulisan yang tidak berkenan. Semoga bisa sedikit menginspirasi .

Created by Retno Nf.
Reactions

Posting Komentar

0 Komentar