Bersahabat Dengan Keadaan
Tahun
2018 salah satu tahun yang cukup membuat saya frustasi. 😅.
Saat itu, Alhamdulillah saya lolos seleksi untuk menjadi salah satu peserta
Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2018. Saat mengetahui informasi tersebut, saya
sangat bersemangat untuk melanjutkan nya. Saya kira, pelatihan PPG ini hanya
sekitar 10 hari, seperti PPG sebelum-sebelumnya. Ternyata saya salah
besar!
Saya
harus menyelesaikan masa pendidikan tersebut sekitar enam bulan lamanya. Empat
bulan pertemuan offline, dua bulan selanjutnya pertemuan tatap muka. Selama
empat bulan pertama, saya dituntut untuk menyelaraskan semua agenda saya. Baik
untuk keluarga, PPG dan juga pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan begitu saja.
Persiapan
yang tak maksimal, membuat saya sempat kelimpungan menyelesaikan semua tugas
kuliah di awal perkuliahan. Hampir setiap hari saya pulang sore. Saya mencoba
menyelesaikan semua tugas-tugas kuliah online di jam sekolah. Berharap ketika
sudah dirumah, saya tidak lagi berurusan dengan tugas sekolah maupun kuliah
PPG.
Saya
sempat marah pada diri sendiri, mengapa tak bisa membuat keadaan menjadi lebih
nyaman. Saya merasa kecewa saat itu dengan diri saya, "masa sih ga bisa
menyelesaikan misi ini? Udah di pertengahan jalan lho. Jika saya berhenti
disini, maka saya tak pernah tau bagaimana kemampuan yang bisa saya berikan
sampai akhir tugas ini selesai." Dengan semangat yang mencoba kembali
dipupuk, saya mulai menyelesaikan tugas-tugas yang tertinggal selama
perkuliahan berlangsung. Perlahan tapi pasti, saya mencoba membuat ritme
kesibukan saya menjadi nyaman dan membuat diri saya bahagia meski dalam
pressure yang cukup tinggi. Karena sejatinya, obat dari segala obat itu adalah
diri kita sendiri bukan?
Perkuliahan
online selama empat bulan akhirnya bisa saya lalui, walaupun mungkin belum
semaksimal teman-teman saya yang lain. Saya harus tetap menjaga kondisi suami
stabil, agar beliau tidak drop lagi seperti sebelum-sebelumnya. Kekhawatiran
saya terjadi, menjelang perkuliahan tatap muka suami kembali ngdrop dan perlu
di rujuk ke RSUD. Saya hanya bisa pasrah saat itu, sambil menjaga suami di RS,
saya coba menyelesaikan administrasi untuk keperluan perkuliahan PPG tatap
muka. Alhamdulillah, saya ditempatkan di LPTK yang tak jauh dari rumah yaitu
Untirta Teknik Cilegon.
Seingat
saya, di awal perkuliahan ada semacam perjanjian tertulis bahwa sebagai peserta
PPG 2018 wajib mengikuti semua kegiatan perkuliahan PPG sampai akhir sesuai
jadwal yang sudah ditentukan. Jika berhenti di pertengahan jalan, apalagi tanpa
ada alasan yang jelas, maka akan dikenakan denda administrasi. Saya tak mau
ambil resiko, maka saya berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menyelesaikan
program ini sampai akhir.
Perkuliahan
tatap muka sudah dimulai, saya izin mengambil cuti dari sekolah untuk keperluan
belajar di luar sekolah. Alhamdulillah, kembali Allah memudahkan urusan saya.
Saat itu, saya hanya meminta kepada Allah, izinkan saya bisa menyelesaikan masa
PPG ini dengan baik tanpa meninggalkan kesan buruk bagi siapa saja.
Alhamdulillah pula, selama saya belajar di Untirta, kondisi suami cukup stabil,
membuat saya cukup tenang.
Alhamdulillah
sekali lagi saya sangat bersyukur. Karena saya dipertemukan dengan teman-teman
yang hebat dan memiliki cerita-cerita unik. Pribadi mereka juga lucu-lucu.
Membuat saya semakin bersyukur, semoga Allah selalu memberi kesehatan dan
kebahagiaan dunia akhirat ya teman-teman.
Saya mencoba bersahabat dengan keadaan, berdamai
dengan diri sendiri bahwa saya baik-baik saja dan bisa melewati tahap ini.
Karena tujuan awal saya adalah menyelesaikan program PPG ini dengan kesan yang
baik dan juga memberikan hasil akhir yang baik pula. Terimakasih untuk semua
teman, sahabat, dan keluarga yang sudah sangat membantu dalam menyelesaikan
misi ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan kebahagiaan dunia
akhirat. Aamiin allahumma aamiin.
0 Komentar